MENGEKSPLORASI DIRI DENGAN BAHASA UNTUK MENUMBUHKAN BUDI PEKERTI






MENGEKSPLORASI DIRI DENGAN BAHASA UNTUK MENUMBUHKAN BUDI PEKERTI
(Sebuah Catatan Lepas Kegiatan Pekan Bahasa SMA PGRI Swasthika Lewoleba)
Oleh : Oceph Namang
*Alumnus STFK Ledalero, Tinggal Di Lewleba- Lembata-NTT

Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti (GPBP) sebagaimana tertuang dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 mendorong agar semua pelaku pendidikan memiliki budi pekerti.  Kementrian Pendidikan secara sengaja merancang pertumbuhan budi pekerti sebagai gerakan. Untuk itu, dunia pendidikan harus berpartisipasi aktif dan menjaga kondisi yang cukup operatif dengan memberikan apresiasi terhadap kebiasaan-kebiasaan baik peserta didik agar dapat mengalami pertumbuhan yang berarti. Upaya penumbuhan budi pekerti terjadi lewat peningkatan kemampuan literasi. Kemampuan literasi tidak hanya terbatas pada membaca dan menulis, tetapi lebih dari pada itu yakni mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Fakta ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya dan komunitas kita pada khususnya masi melek literasi.
Bertolak dari situasi melek literasi, maka dalam rangka mengisi bulan bahasa dan memperingati HUT Sumpah Pemuda yang ke – 88, Keluarga Besar SMA PGRI Lewoleba mengadakan aneka kegiatan dengan mengusung tema “Mengeksplorasi Diri dengan Bahasa untuk Menumbuhkan Budi Pekerti”. Tema ini sengaja diusung karena bertolak dari suatu realitas bahwa, bahasa memegang peranan penting dalam menumbuhkan budi pekerti seseorang. Ketika seseorang mampu berbahasa secara baik maka, pribadi tersebut juga akan memiliki budi pekerti yang baik pula. Realitas masyarakat menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih melakukan pelesetan-pelesetan dalam berbahasa. Berbahasa yang baik dan benar masih sangat jauh dari harapan. Kegiatan pekan bahasa ini juga dimaksudkan agar bisa membangun ekosistem literasi sekolah, yang tentu saja merupakan upaya penumbuhan budi pekerti.  Kegiatan ini juga dimaksudkan agar kita secara bersama bisa menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar, mempraktekan kegiatan pengelolahan pengetahuan, serta menjaga budaya literasi demi adanya pertumbuhan budi pekerti.
Menyadari realitas kemultikulturalan masyarakat Indonesia, dipandang perlu menumbuhkembangkan dalam diri suatu semangat kecintaan terhadap literasi. Fakta menyatakan bahwa, banyak masyarakat yang mulai lupa akan budaya asli karena interaksinya dengan budaya-budaya asing. Banyak kali terjadi pelesetan dalam berbahasa. Generasi muda cenderung menggunakan istilah-istilah gaul menurut versinya meskipun dalam aturan tata bahasa terjadi pelesetan arti. Akan tetapi, ini adalah sebuah realitas yang patut kita hadapi dan diperbaiki bukan untuk dihindari.
Realitas jelas menunjukkan bahwa, pelesetan bahasa dari waktu ke waktu tidak bisa dihindari lagi. Bertolak dari fakta ini, maka dalam sambutannya, ketua Panitia Pekan Bahasa SMA PGRI Swasthika Lewoleba, Ibu Theresia Bulu, S.Pd, menekankan bahwa pelesetan berbahasa itu terjadi supaya bisa menciptakan suatu kesan bahwa oaring itu terpelajar sehingga bisa menggunakan kosakata bahasa asing dalam bahasa Indonesia. Padahal sebenarnya itu merupakan sebuah tindakan yang keliru. Ada peribahasa yang mengatakan, “Bahasa menunjukkan bangsa”. Karena itu jika terjadi percampuran bahasa Indonesia dan bahasa asing, bagaimana nasib Bahsa Indonesia? Oleh karena itu, sudah sepatutnya berbagai pihak diharapkan mampu member kontribusi dalam menjaga kelestarian bahasa Indonesia.
Lebih lanjut, dalam sambutanya di acara seremonial pembukaan, Kepala Sekolah SMA PGRI Lewoleba Benediktus Boli, S.Pd mengharapkan agar kegiatan semacam ini terus digiatkan dan bila perlu dipersiapkan secara baik agar dalam waku-waktu ke depan PGRI bisa menjadi penyelenggara dalam skala yang lebih luas misalnya dengan mengundang sekolah-sekolah menengah atas lainnya yang ada di kota Lewoleba.
Harapan yang sama juga disampaikan oleh Sekertaris Dinas PPO Kabupaten Lembata Apolonaris Mayan, S.Pd ketika membawakan sambutan sekaligus membuka secara resmi kegiatan pecan bahasa di SMA PGRI Swasthika Lewoleba. Beliau menyatakan apresiasi yang tinggi terhadap keberanian SMA PGRI Swasthika Lewoleba untuk menggaungkan memoria Sumpah Pemuda di saat semua orang tidak lagi peduli dengan memoria-memoria semacam ini. Padahal memoria-memoria semacam ini hendaknya selalu dihidupkan untuk membangun kesadaran dalam diri setiap individu untuk lebih mencintai budaya asli ketimbang budaya asing dan budaya-budaya baru.  
Adapun kegiatan pekan bahasa dan memoria sumpah pemuda ini dilaksanakan dalam dua hari yakni dari tanggal 27-28 Oktober 2016, dengan beberapa rangkaian kegiatan yang diperlombakan antara lain; lomba membaca berita, lomba pidato bahasa Indonesia untuk kelas X dan XI, Lomba pidato bahasa Inggris untuk kelas XII, lomba cerdas cermat untuk kelas X dan XI, lomba vocal grup untuk lagu berbahasa Jerman, lomba menulis, dan lomba melukis. Semua kegiatan ini dimaksudkan agar membangkitkan minat dan kreatifitas dalam diri setiap siswa agar sanggup menyalurkan setiap potensi yang ada dalam diri. Dengan menyalurkan semua potensi yang ada dalam diri siswa, maka dengan sendirinya tidak ada potensi yang terus terpendam dan tersembunyi.
Adapun tujuan dari kegiatan pecan bahasa adalah; memperluas cakrawala pengetahuan siswa  dalam bahasa dan sastra Indonesia, menambah pengetahuan siswa tentang keanekaragaman budaya dan bahasa, mengembangkan kreativitas siswa dalam menghasilkan karya-karya bahasa Indonesia, meningkatkan kualitas siwa dalam berbahasa dan bersastra Indonesia, membangkitkan kepedulian siswa terhadap bahasa Indonesia, melatih siswa untuk bisa berbicara dan mengemukakan pendapat di depan umum, dan sebagai media penyalur bakat bahasa dan sastra Indonesia.
 Bahasa merupakan sebuah titipan untuk generasi-generasi berikutnya. Pandangan yang menganggap bahasa sebagai warisan pendahulu membuat seseorang untuk bersikap acuh tak acuh terhadap keberlangsungan bahasa. Karena itu, sebagai tindak lanjut melalui memoria Sumpah Pemuda dan pekan bahasa ini, hendaknya semangat ikrar pemuda akan satu bahasa sebagai wujud kecintaan mendalam terhadap bahasa Indonesia kita gemakan kembali di tengah dunia kita saat ini. Kegiatan ini juga diharapkan untuk membawa perubahan yang signifikan dalam kemampuan berbahasa secara khusus dalam lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat pada umumnya.


(Dipublikasikan Di Media Pendidikan Cakrawala NTT Edisi 61 Desember 2016)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELIS DALAM BUDAYA LAMAHOLOT

PENDIDIKAN DALAM KELUARGA : LANDASAN PEMBENTUKAN KARAKTER

CURICULUM VITAE