PENDIDIKAN DALAM KELUARGA : LANDASAN PEMBENTUKAN KARAKTER





PENDIDIKAN DALAM KELUARGA :
LANDASAN PEMBENTUKAN KARAKTER
Oleh : Oceph Namang
*Alumnus STFK Ledalero, Tinggal di Lewoleba- Lembata NTT

Keluarga merupakan lembaga dasar dan pertama dalam proses pendidikan dan sosialisasi terhadap seorang anak. Keluarga memainkan peran yang sangat fundamental dalam proses perkembangan dan pertumbuhan pengetahuan dan kepribadian setiap individu. Keluarga merupakan lingkungan budaya yang paling pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Dalam sosiologi, keluarga menjadi agen sosialisasi primer bagi setiap individu karena dari dalam keluarga setiap individu berasal. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga sangat berperan dalam menentukan kelangsungan hidup dan kepribadian seseorang. Maka tidaklah mengherankan jika dinamika kehidupan praksis keluarga seringkali mendapat atensi dari berbagai kalangan. Pada intinya keluarga harus mampu mengemban tanggung jawab sebagai lingkungan budaya dan pendidikan yang pertama dan utama. Di dalam keluarga setiap individu akan berusaha unuk mengenal dan mengetahui setiap nilai dan norma yang ada di lingkungannya. Keluarga membantu membentuk watak dan moral serta kepribadian anak. Keluarga menjadi unit social terkecil yang meletakan dasar atau menjadi pemberi dasar bagi perkembangan anak.  
Kehidupan keluarga sangat menentukan keberlangsungan hidup dan perilaku individu selanjutnya. Rendahnya pendidikan dan peran keluarga dalam kehidupan anak akan berdampak pada kehancuran generasi yang akan datang. Karena, pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Keluarga ibarat fondasi yang menentukan kelangsungan hidup dan perjalanan selanjutnya. Jika keluarga memainkan peran secara baik dalam proses pendidikan dan pembinaan karakter anak maka, generasi yang dihasilkan akan kuat dan bermutu, tetapi jika keluarga tidak berperan secara baik maka akan terjadi sebaliknya. Ibarat sebuah rumah, jika dibangun di atas batu wadas yang kuat maka ketika datang banjir, rumah tersebut akan tetap berdiri kukuh, tetapi jika rumah tersebut dibangun di atas pasir maka ketika datang banjir rumah tersebut akan hanyut dan runtuh. Singkat kata, aktualisasi proses pendidikan dalam lingkungan keluarga tidak terlepas dari kontribusi dan kerja sama yang apik antara orang tua dan anak. Orang tua menjadi rujukan atau parameter dalam menerapkan proses pendidikan dan pembinaan yang berdampak positif bagi mental dan kehidupan anak.
Pendidikan Anak
Keluarga memainkan peran yang sangat fundamental dalam pendidikan anak. Pendidikan itu sendiri terbagi dalam tiga kategori yakni pendidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan informal. Ketiga jenis pendidikan ini memiliki peran masing-masing dan berdampak pada out put yang berbeda pula. Pertama, Pendidikan formal dijalankan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang dilaksanakan pada satuan-satuan lembaga pendidikan yang memiliki pola, aturan, dan kurikulum yang baku serta berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Kedua, pendidikan non formal merupakan lembaga yang dikelola oleh satuan masyarakat dalam rangka menjawabi kebutuhan masyarakat. Pendidikan non formal tidak dibatasi usia tertentu dan pembelajarannya disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan peserta. Pendidikan non formal berpegang pada prinsip ”Non Scholae sed vitae discimus”(Belajar bukan untuk sekolah tetapi untuk hidup). Karena itu, usia bukanlah batasan untuk belajar melainkan belajar berlangsung seumur hidup. Ketiga, Pendidikan informal merupakan pendidikan yang diperoleh seseorang dalam lingkungan keluarga. Atau dengan kata lain, pendidikan yang diterima oleh seorang anak dari orang tua dan terjadi dalam lingkungan keluarga. Pendidikan informal menjadi ujung tombak bagi pendidikan yang lainnya. Karena, baik buruknya pendidikan dalam keluarga akan menentukan keberhasilan pendidikan selanjutnya.
Gambaran singkat ini mau menunjukkan urgensitas peran keluarga dalam proses pendidikan anak. Proses pendidikan yang terjadi dalam keluarga  akan menjadi penentu hasil pendidikan selanjutnya. Baik buruknya peran keluarga akan berdampak pada pendidikan selanjutnya dan keberadaaan anggota keluarga di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, penguatan pendidikan dalam keluarga adalah sesuatu yang mutlak perlu. Untuk itu, masyarakat tingkat bawah perlu diberikan bekal yang kuat agar bisa memahami urgensitas peran keluarga dalam proses perkembangan kepribadian dan pendidikan anak. Karena dengan adanya pemahaman yang baik tentang peran keluarga dalam proses perkembangan kepribadian dan pendidikan anak. Karena dengan adanya pemahaman yang baik tentang peran keluarga dalam proses perkembangan kepribadian dan pendidikan anak, setiap orang semakin sadar akan pentingnya peran keluarga. Ketika peran keluarga sebagai lembaga pendidikan informal menguat maka dengan sendirinya pendidikan non formal dan pendidikan formal hanya melanjutkan dan menyempurnakan peran keluarga. Akan tetapi, ketika peran keluarga sebagai lembaga pendidikan informal melemah, maka dengan sendirinya lembaga pendidikan non formal dan informal akan mengalami kesulitan.
Golablisasi membawa pengaruh yang cukup signifikan bagi masyarakat dalam berbagai sendi kehidupan, tidak terkecuali dalam kehidupan berkeluarga. Dalam kehidupan berkeluarga, pengaruh globalisasi terlihat pada pergeseran nilai dan norma dalam keluarga seperti bergesernya keharmonisan dalam keluarga. Situasi kehidupan anak dan orang tua menjadi tidak harmonis karena berbagai pengaruh yang datangnya dari luar. Misalnya, orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan dengan sendirinya mengesampingkan tugas-tugasnya dalam keluarga. Karena sebagian orang tua berpandangan bahwa mencari uang secukupnya untuk memenuhi kebutuhan anak-anak sudah lebih dari cukup. Padahal yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik tetapi lebih dari itu adalah pemenuhan kebutuhan psikis yakni kebutuhan akan kasih sayang melalui pendampingan dan perhatian yang terus menerus dan tulus. Realitas menunjukkan bahwa banyak orang tua yang hanya memperhatikan kebutuhan fisik anak tanpa memperhatikan kebutuhan mental anak. Situasi ini kemudian terbawa sampai pada pendidikan formal, di mana karena terlalu memberikan tekanan pada aspek pengetahuan maka mengabaikan aspek mental dan kepribadian anak. Menilik betapa urgennya pendidikan karakter anak mulai dari dalam keluarga sampai pada tingkat atau lembaga pendidikan formal, maka Presiden Republik Indonesia Joko Widodo kemudian menyeruhkan revolusi mental. Gebrakan revolusi mental yang dikumandangkan sang Nakhoda Indonesia merupakan suatu hal yang sangat menarik jika disinkronkan dengan realitas dunia dewasa ini. Realitas dunia menggambarkan suatu realitas generasi yang memiliki kepribadian yang memprihatinkan.
Dalam skala Indonesia, ada berbagai kisah dan berita yang ditayangkan di media massa elektronik ataupun yang dibaca pada media massa cetak yang menggambarkan akan betapa memprihatinkan generasi bangsa ini. Generasi zaman ini seolah berjalan di luar koridor yang seharusnya. Sangatlah memprihatinkan ketika kita menemukan bahwa ada sekian generasi muda yang terlibat dalam tindakan-tindakan kriminal. Hal ini dilatarbelakangi oleh pendidikan nilai atau pendidikan karakter yang kian tersingkir. Lembaga-lembaga pendidikan baik lembaga informal, non formal, dan formal mengabaikan pembinaan mental dan pembentukan karakter. Selain itu, lembaga-lembaga pendidikan juga kurang maksimal dalam menjalankan perannya masing-masing. Keluarga yang adalah lembaga pendidikan paling pertama dan utama tidak menjalankan fungsinya secara baik sehingga sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan selanjutnya. Demikian pula akan berpengaruh pada lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Oleh karena itu, untuk membentuk satu generasi yang unggul maka perlu adanya sinergisitas antar lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan informal, non formal, maupun formal. Keluarga sebagai lembaga pendidikan paling pertama dan utama perlu menjalankan perannya secara maksimal. Keluarga harus menjadi fonderen yang kuat bagai pendidikan karakter dan moral bagi anak. Revolusi mental hendaknya dimulai dan diawali dalam lingkungan keluarga sebagai lembaga terkecil dan lembaga pendidikan paling pertama dan utama.



Catatan :

Tulisan Opini ini dimuat dalam Kolom Opini “Harian Umum Fores Pos” No. 219 / XVI Kamis, 2 Juni 2016. 

Komentar

Unknown mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Postingan populer dari blog ini

BELIS DALAM BUDAYA LAMAHOLOT

FILSAFAT BERKEBUN MASYARAKAT LAMAHOLOT DAN MANGGARAI