Pembelajaran di Era Revolusi Industri

PEMBELAJARAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4,0: 

PELUANG DAN TANTANGAN


Abstraksi 


Perkembangan mental siswa dalam era digital sangat berbeda dengan masa lalu.Era digital layaknya sebuah kekuatan yang secara signifikan meruntuhkan peradaban sebelumnya dan menggantikannya dengan bentukan-bentukan baru yang lebih modernis, namun juga berpotensi merusak jati diri siswa selaku generasi baru.Terdapat berbagai hal positif dan negatif yang muncul sebagai dampak yang tidak bisaterelakkan dari ‘arus besar’ digitalisasi tersebut. Banyak kasus menunjukkan bahwa anak-anak di era ini sedang menuju keterpurukan, di mana mereka semakin menjadi individualis, kurang mampu bersosialisasi dengan masyarakat dan cenderung menjadi korban tindakan bullying. Jika tidak dibentengi dengan pendekatan-pendekatan preventif maupun kuratif, kondisi ini akan sangat berbahaya bagi perkembangan mereka dimasa depan. Sebagai organisasi profesi guru di Indonesia, PGRI dibutuhkan berperan dalam menyelaraskan perubahan zaman dengan nilai-nilai karakter. Bermacam-macam regulasi dan program intervensi dilaksanakan untuk tumbuh kembang anak bersama-sama dengan teknologi dan menggunakannya untuk hal-hal positif. Artikel ini adalah kajian sistematis publikasi ilmiah dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir terkait dengan kebijakan dan pelaksanaan program digitalisasi oleh organisasi PGRI, terutama berhubungan dengan bagaimana mendesain pembelajaran inovatif berbasis internet. Pembelajaran tersebut diharapkan mampu membentuk kemandirian siswa dalam perhadapannya dengan masalah atau tantangan era digital. 


Kata Kunci : Revolusi – tantangan - strategi 


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya otomatisasi hampir di semua bidang. Teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia fisik, digital dan biologi secara fundamental akan mengubah pola hidup dan interaksi manusia. Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi mengubah cara beraktifitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas dan transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya. Manusia bahkan akan hidup dalam ketidakpastian (uncertainty) global, oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat. Tiap negara harus merespon perubahan tersebut secara terintegrasi dan komprehensif. Respon tersebut dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai dari sektor publik, swasta, akademisi, hingga masyarakat sipil sehingga tantangan industri 4.0 dapat dikelola menjadi peluang.

Digitalisasi dalam semua bidang kehidupan tidak bisa dilepas pisahkan dari pengaruh revolusi industri yang berkembang di dunia.Kehadiran revolusi industri menghadirkan banyak peluang, sekaligus juga menjadi tantangan bagi semua individu tanpa terkecuali.Revolusi industri itu sendiri kemudian mendorong adanya digitalisasi dalam semua bidang kehidupan manusia. Digitalisasi tersebut akanmenciptakan suatu kehidupan yang lebih kompleks ketimbang kehidupan saat-saat sebelumnya. 

Revolusi industri menjadi peluang ketika kehadirannya di tengah dunia membuat segala sesuatunya menjadi mudah. Setiap individu dapat dengan mudah mengetahui dan mendapatkan apa yang diinginkannya. Misalnya, sebuah peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain dapat langsung diketahui pada saat bersamaan oleh siapapun dan di manapun ia berada. Sebaliknya, kehadiran revolusi industriakan menjadi tantangan, manakala kehadirannya menjadikan persoalan hidup manusia semakin kompleks dalam segala bidang kehidupan. Misalnya, dengan adanya revolusi industri, muncul semakin banyak persoalan dalam hidup, bahkan dengan tingkat kepelikan yang tinggi.

Revolusi industrihadir dan memberi pengaruh yang besar.Ada begitu banyak perubahan yang dimungkinkan olehnya dalam berbagai sektor kehidupan, khususnya dalam sektor pendidikan.Untuk menghadapi revolusi industri 4.0, pendidikan harus menjadi pilar utama dalam upaya membentuk generasi muda yang kreatif, inovatif, kompetitif dan terampil. Selain itu, pendidikan juga dibutuhkan untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, profesional, percaya diri dan berorientasi pada masa depan. Sumber Daya Manusia (SDM)itu sendiri memiliki peran yang sangat penting dalam mempersiapkan diri guna menggapai sebuah kemajuan dalam era revolusi industri 4.0.

Presiden Joko Widodo dalam beberapa kesempatan pernah mengingatkan bahwa, “Kita butuh ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat kita bisa melompat dan mendahului bangsa lain.Kita butuh terobosan-terobosan jalan pintas yang cerdik yang mudah yang cepat.Kita butuh SDM unggul yang berhati Indonesia, berideologi Pancasila.Kita butuh inovasi-inovasi yang disruptif yang membalik ketidakmungkinan menjadi peluang”.Karena itu, pendidikan harus menjadi garda terdepan dalam mengadapi digitalisasi sebagai dampak dari revolusi industri.


Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini, yaitu :

Apakah fungsi internet dalam proses belajar mengajar yang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran ke-2 oleh siswa untuk mengembangkan pengetahuan?

Apakah fungsi fitur-fitur internet yang dapat digunakan siswa dalam proses belajar mengajar?

Apakah pembelajaran inovatif yang berbasis internet dapat meningkatkan kualitas belajar, membentuk kemandirian dan memperkuat karakter siswa? 


Tujuan 

Pada makalah ini, penulis akan membahas mengenaisejarah perkembangan revolusi industri, perkembangan pembelajaran dalam era revolusi industri dan strategi yang tepat untuk menghadapi revolusi industry 4,0. Makalah ini juga bertujuan untuk mengajak guru dan siswa untuk lebih mengupdate diri dengan memanfaatkan perkembangan industridalam proses belajar mengajar. Dengan demikan, guru dan siswa mampu mengikuti perkembanganera digital dan menyelesaikan pelbagai tantangan, terutama tantangan dalam proses belajar mengajar. 


Manfaat

Semoga tulisan sederhana ini bisa membantu menggugah hati nurani generasi penerus bangsa untuk selalu mawas diri dan melek digital,  agar mampu memanfaatkan pelbagai peluang yang mendukung upaya memajukan diri sesuai tuntutan zaman. 


Metode Penulisan

Data yang dikemukakan dalam makalah ini diperoleh melalui berbagai cara, yaitu dengan membaca buku-buku dan artikel/journal yang berkaitan dengan revolusi industri 4.0, serta melalui wawancara dengan para siswa dan guru terkait pengaruh revolusi industridalam proses belajar mengajar demi terwujudnya pembelajaran yang inovatif, yang senantiasa diadaptasikan dengan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran yang inovatif adalah pembelajaran yang senantiasa memberi ruang partisipasi bagi peserta didik, dimana mereka mampu menemukan masalah dan mengatasi masalah itu sendiri.


ISI

Di zaman sekarang ini, dalam media-media massa, ramai diberitakan persiapan pemerintah menghadapi Revolusi Industri 4.0. Namun, sebenarnya hal ini sudah lama terjadi, yakni ditandai dengan maraknya ekspansi dunia digital dan internet ke kehidupan masyarakat.Dalam dunia masa kini, ditemukan aneka kegiatan yang menampakkan adanya pengaruh revolusi 4,0 seperti, perubahan cara bayar dari cash ke non cash, perubahan cara mengirim uang beralih dari manual menuju penggunaan aplikasi mobile atau m-banking, perluasan cakupan penggunaan internet yang awalnya hanya untuk mencari informasi dan saling berkirim pesan bertransformasi menjadi membagi informasi, mencari teman, mencari kerja, berbelanja dan masih banyak yang lainnya.  Sadar atau tidak perubahan tersebut telah memberikan dampak positif, salah satunya yaitu efisiensi waktu.


Sejarah Perkembangan Revolusi Industri

Friedrich Engels dan Louis-Auguste Engels memperkenalkan revolusi industri pada pertengahan abad ke-19.Menurut mereka, tahapan revolusi industri ada 4, dan kita sudah melewati tiga tahap.Kita sudah berada pada revolusi industri ke -4.

REVOLUSI 1,0 .

Revolusi 1,0 terjadi pada abad ke 18. Revolusi ini merupakan revolusi generasi pertama yang kemudian melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin.Tenaga manusia kemudia perlahan-lahan tergantikan dengan penemuan-penemuan teknologi seperti penemuan mesin uap (James Watt), lokomotif (Richard Trevethiek), kereta api penumpang (George Stepenson), kapal perang dengan mesin uap (Robert Fulton), telpon ( Alexander Graham Bell). Revolusi ini dicatat oleh sejarah karena berhasil mengeser naik perekonomian walaupun masih pada tahap yang rendah.

REVOLUSI 2.0. 

Revolusi 2,0 terjadi pada abad 19 yang ditandai dengan penggunaan teknik baru berupa mesin bermotor yang berbahan bakar listrik atau bensin. Munculnya pembangkit tenaga listrik dan motor memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan lain-lain yang kemudian mengubah wajah dunia secara signifikan. 

REVOLUSI 3,0. 

Revolusi ini terjadi pada abad 20, yang ditandai dengan penggunaan teknik kimia-hayati berbahan atom atau nuklir serta kemunculan teknologi digital dan internet.

REVOLUSI 4,0. 

Pada revolusi Industri 4,0 teknologi informasi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan daya komputerisasi dan data yang tidak terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh perkembangan internet dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. Profesor Klaus Schwab sebagai penggagas World Economic Forum (WEF) melalui bukunya The Fourth Industrial Revolution menyatakan, revolusi 4,0 secara fundamental dapat mengubah cara hidup, bekerja dan relasi satu dengan yang lain. Revolusi industri 4,0 digadang-gadang mampu meningkatkan laju mobilitas informasi, efisiensi organisasi industri, dan membantu meminimalisasi kerusakan lingkungan. 

Revolusi 4.0 dalam bidang pendidikan sangat berpengaruh besar.Bank Dunia (World Bank) dalam risetnya menyatakan bahwa perlu 45 tahun Indonesia mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan.Pada tahun 2017 daya saing Indonesia terletak diurutan 36 dari 137 negara.Keterampilan yang harus dimiliki pada abad 21 adalah life and carreer skills, learning and innovation skills dan juga information media and technology skills (menurut Trilling dan Fadel dalam Daryanto 2017:13). Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa masih banyak hal yang harus dikejar oleh pemerintah Republik Indonesia dan rakyat Indonesia di revolusi industri 4.0. Dengan demikian, Era Revolusi Industri 4.0 ini dapat mengubah cara pandang tentang pendidikan. Para pendidik dalam hal ini guru harus mampu melakukan perubahan tidak hanya sekedar cara mengajar, namun perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri. Apa yang diharapkan dari penerus bangsa (siswa) dalam keikutsertaannya untuk menghadapi semua tantangan di era ini. Melalui pendidikan setidaknya mampu menyiapkan anak didiknya menghadapi tiga hal: 

Menyiapkan anak untuk bisa bekerja yang pekerjaannya saat ini belum ada;

Menyiapkan anak untuk bisa menyelesaikan masalah yang masalahnya saat ini belum muncul;

Menyiapkan anak untuk bisa menggunakan teknologi yang berkembang sekarang.

Sungguh sebuah pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi dunia pendidikan.Baik guru maupun siswa harus mampu memberi wajah baru bagi bidang pendidikan.Guru diharapkan menjadi lebih kreatif atau up to date, sedangkan para siswa hendaknya semakin  berkualitas, berkompeten, lebih mandiri serta optimistik.


Manfaat Era Revolusi Industri 4.0

Era Revolusi Industri 4.0 memiliki empat manfaat yakni: Pertama, Lebih cepat dalam pengembangan produk baru dan produksi fleksibel serta efisien sumber daya; Kedua, memperbaiki produktivitas, pendapat meningkat, peningkatan kualitas tenaga kerja, dan investasi meningkat; Ketiga, melahirkan bisnis yang baru dan cara baru untuk mengkreasi nilai tambah; dan, Keempat, menyederhanakan rantai bisnis. (Prasetyo & Sutopo, 2018; Aldianto, Mirzanti, Sushandoyo, & Dewi, 2018). 

Lebih lanjut, ada tiga manfaat Era Revolusi Industri (Umar, 2018), yaitu:  

Inovasi

Merancang strategi menggunakan digital untuk melahirkan model-model bisnis baru;

Inklusivitas

Adanya layanan yang mampu menjangkau khalayak ramai di berbagai daerah. Manfaat yang diperoleh adalah orang yang tinggal jauh dari daerah metropolitan mampu menikmati layanan digital;

Efisiensi

Era Revolusi Industri 4.0 menjadikan bisnis lebih efisien (tepat sasaran). Pembisnis memerlukan kecerdasan dan strategi pemasaran.


Tantangan Era Revolusi Industri 4.0 

Memasuki era revolusi industri 4.0, pendidikan di Indonesia menghadapi tantangan yang cukup besar, yaitu dari usaha pemerataan, perluasan akses, peningkatan mutu, daya saing, efisiensi manajemen pendidikan, serta optimalisasi sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia masih merasa kesulitan dalam beradaptasi dan SDM yang belum terlalu paham dengan literasi teknologi.  Masyarakat masih menganggap sulit untuk mengejar literasi data dan teknologi karena kurangnya kemampuan untuk mengadaptasi dua literasi ini. Hal ini menjadi tantangan karena sesungguhnya pekerjaan di masa depan membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang tidak hanya kompeten dari sisi intelektual (IQ) saja, tetapi juga harus mumpuni dalam sisi emosional (EQ), dan kehidupan social (SQ). Pendidikan 4.0 membutuhkan perubahan paradigma, yang berorientasi kepada kebutuhan industri dan mampu menjawab tantangan pekerjaan di masa depan, serta mengutamakan dasar kompetensi, ketimbang pemasok lulusan yang hanya bermodalkan pengetahuan. Pendidikan 4.0 dituntut untuk menciptakan format pendidikan jangka panjang, karena sifat teknologi yang dapat berubah sangat cepat, ketimbang pembelajaran jangka pendek.

Sebagai sebuah lembaga yang bergelut di bidang pendidikan, tentunya lembaga SMAS PGRI Swasthika juga tidak lepas dari tantangan yang dihadapi oleh dunia pada umumnya. Sebagai Lembaga pendidikan yang mengemban tugas mulia untuk mencerdaskan anak bangsa, tentu mengalami tantangan yang sama sebagai akibat dari Revolusi industri 4,0. Di mana, lembaga pendidikan sendiri harus berhadapan dengan berbagai persoalan yang semakin kompleks berkaitan dengan peserta didik dan juga guru yang ada pada lembaga pendidikan ini.

Revolusi industri menuntut semua sistem penyelenggaraan pendidikan harus didigitalisasi. Berhadapan dengan tututan ini, lembaga pendidikan kemudian mengalami dilema, karena harus dihadapkan pada sebuah pilihan yang dilematis. Hal ini dikarenakan kehadiran revolusi industri 4,0 menggandeng dampak positif dan dampak negatif, ibarat dua sisi mata uang logam yang tak dapat dipisahkan. Beberapa tantangan yang harus dihadapi pada Era Revolusi Industri 4.0 antara lain masalah keamanan informasi, mesin produksi harus stabil, keterampilan yang kurang memadai, keengganan untuk berubah, serta berkurangnya tenaga pekerjaan dalam jumlah yang banyak dikarenakan perubahan otomatisasi. Pendidikan sebaiknya menjadi jembatan penghubung antara siswa dengan dunia kerja sehingga lahir sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan kompeten. Keterampilan yang kurang memadai dapat diantisipasi dengan pemilihan metode pembelajaran dan dapat dilatih sejak dini. Metode pembelajaran dimaksud diharapkan memberikan bekal bagi siswa untuk menghadapi Era Revolusi Industri 4.0, dimana tidak hanya tentang penyediaan fasilitas pendukung, namun lebih memberikan penekanan kepada mempersiapkan pendidikan Indonesia sehingga lebih maju, mengejar ketertinggalan dengan negara-negara maju, dan mampu beradaptasi dengan Era Revolusi Industri 4.0 (Sudarminto, n.d.). Perbaikan pola pikir, mentalitas, dan nilai-nilai merupakan hal mendasar yang perlu dipersiapkan (Ristekdikti, 2017). Karena itu, dibutuhkan kurikulum yang mampu mengembangkan logika, bahasa dan kreativitas (Kuncoro, 2019).


Strategi Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0

Membantu Siswa dalam Belajar

Guru memiliki peranan penting dalam pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. Ada tiga hal penting yang harus dilakukan guru (Sukartono, 2018), yaitu menyiapkan siswa untuk mampu menciptakan pekerjaan yang saat ini belum ada, menyiapkan siswa untuk menyelesaikan masalah, dan menyiapkan siswa untuk mampu menggunakan teknologi. Untuk mempersiapkan siswa menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 bukanlah hal yang mudah. Guru memerlukan strategi pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk berkembang. Strategi pembelajaran berpengarauh terhadap pola pikir dan apa yang akan dihasilkan siswa kelak nanti. Pemilihan strategi pembelajaran mempunyai peranan penting dalam menyiapkan siswa menghadapi Era Revolusi Industri 4.0.  Adapun strategi yang bisa digunakan guru dalam pembelajaran (Guru Produktif, 2019), yaitu membantu siswa dalam belajar. Guru sebagai sumber informasi menjelaskan pembelajaran, siswa mengerjakan latihan soal, pembahasan, dan dilanjutkan dengan penilaian. Untuk anak yang memperoleh nilai yang baik, mendapatkan apresiasi dari guru. Siswa yang belum mendapat nilai baik, diberi tindakan khusus/ remedial dari guru. 

Menurut Unesco, ada empat pilar pendidikan yakni:  1) Learning to do. Siswa diharapkan memahami pembelajaran, bukan hanya sebatas mengetahui. 2) Learning to know. Siswa diharapkan tidak hanya sebagai pendengar, namun juga mengimplementasikan informasi yang diperoleh dengan praktik. 3) Learning to be. Setiap manusia diberikan bakat dan minat berbeda dengan orang lain. Karena itu, Siswa diharapkan mampu menjadi diri sendiri. Mengucap syukur atas segala kelebihan dan kekurangan diri. 4) Learning to live together. Dari hasil pembelajaran, siswa diharapkan untuk mampu hidup bersama dengan orang lain, mampu menempatkan diri, saling menghormati  dan menghargai (Rahmat, 2004). Untuk membangun empat pilar pendidikan tersebut, guru harus meningkatkan kualitasnya dengan memperkaya pengetahuan tentang metode pembelajaran yang tepat. 


Model Pembelajaran yang Inovatif

Model pembelajaran adalah suatu metodologi atau piranti untuk melaksanakan perubahan. Dalam pembelajaran siswa diajarkan untuk tidak konstan, tetapi berinovasi dan menciptakan perubahan yang baik, serta meninggalkan paradigma lama dan bergerak menuju paradigma baru pembelajaran. Model pembelajaran yang diharapkan pada saat ini adalah model pembelajaran yang dapat mengubah sifat dan pola pikir peserta didik zaman sekarang. Untuk itu, sekolah harus dapat mengasah dan mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan hendaknya segera berbenah diri agar mampu mengubah model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan zaman. Pembelajaran inovatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dirancang oleh guru, yang sifatnya baru, dan bertujuan memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuan sendiri dalam proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik, sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki oleh siswa. Model atau metode pembelajaran yang beragam dan yang memberi keleluasaan bagi guru dalam mengeksplorasi sistem dan pola pembelajaran yang dijalankan di kelas, diharapkan akan juga memperluas wawasan siswa tentang kontekstualisasi ilmu yang diperoleh di dalam kelas menuju praktik hidup yang dihadapinya. Buah dari proses belajar tersebut nantinya menjadi bagian dari realitas kehidupannya. 

Penggunaan berbagai model pembelajaran yang inovatif, semisal  pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis proyek (project based learning) atau pembelajaran inquiri (inquiry learning) tentu dapat menciptakan situasi pembelajaran yang lebih aktif, kreatif dan bermakna. Peserta didik dilibatkan dan didorong untuk berpartisipasi dalam menyerap informasi, serta selanjutnya mengungkapkan kembali hasil rekaman informasi yang diperolehnya sesuai dengan kemampuan individu peserta didik. Melalui proses pembelajaran yang dinamis diharapkan akan tercipta suatu bentuk komunikasi lisan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya yang terpola melalui keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis sehingga suasana pembelajaran terhindar dari kejenuhan. Lebih dari itu, peserta didik juga dapat memanfaatkan dan meningkatkan pengetahuanya untuk mengkaji, memerinci, dan menganalisis masalah hingga pada akhirnya menentukan cara menyelesaikan masalah.

Proses pembelajaran yang berpusat pada guru sudah tidak cocok lagi untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Pembelajaran yang cocok adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, yaitu pembelajaran yang dapat memberikan peluang bagi peserta didik untuk menyampaikan gagasan-gagasan atau ide-ide yang didasarkan atas realita kehidupan yang ada di sekitar mereka. Dengan demikian, pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang menyasar pada peserta didik, yaitu pembelajaran dengan cara mengangkat kasus-kasus aktual yang ada di lingkungan peserta didik dan yang terjadi sekarang. Selain itu, ada juga pembelajaran campuran yang merupakan salah solusi pembelajaran di era revolusi 4.0. Pembelajaran campuran (terintegrasi) ini adalah metode yang menggabungkan pembelajaran tatap muka di kelas dengan pembelajaran daring, perpaduan antara pembelajaran fisik di kelas dengan lingkungan virtual (maya). Pembelajaran terintegrasi ini juga merupakan gabungan dari literasi lama dan literasi baru (literasi manusia, literasi teknologi dan data).


Bahan Pembelajaran Yang Inovatif 

Perkembangan internet dan teknologi digital serta kemunculan komputer super dan kecerdasan buatan manusia, mengharuskan dunia pendidikan melakukan perubahan dan optimalisasi semua faktor pendukung pembelajaran. Perkembangan yang kian cepat tersebut memerlukan pola pembelajaran yang senatiasa memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi.


Media Pembelajaran Era Industri 4.0

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam proses pendidikan. Pemanfaatan media belajar harus mendapat perhatian dari guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Ada beragam media dan teknologi yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi dan pengetahuan seperti (1) media yang tidak diproyeksikan (foto, diagram, bahan pameran, dan model), (2) media yang diproyeksikan, (3) media audio seperti kaset, compact disk, audio yang berisi rekaman perkuliahan, (4) media gambar gerak, (5) pembelajaran berbasis komputer, (6) multimedia dan jaringan komputer. Semua media yang ada dapat dimanfaatkan seluas-luasnya untuk menjawabi kebutuhan belajar peserta didik. Kesulitan belajar peserta didik akan bisa diatasi dengan jalan memaksimalkan pemanfaatan media belajar.   


Fasilitas Pembelajaran Era Revolusi Industri 4.0

Memasuki Era Revolusi Industri 4.0 perkembangan teknologi di Indonesia ditingkatkan di segala sektor, termasuk pendidikan. Ketersediaan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik di sekolah merupakan suatu hal yang penting. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu memenuhi kebutuhan prasarana dan sarana setiap lembaga pendidikan di seluruh pelosok tanah air agar pembelajaran berbasis teknologi dapat dilakukan, dan peserta didik memperoleh bekal yang cukup guna memasuki Era Revolusi Industri 4.0. 

Inovasi teknologi di bidang pendidikan berguna untuk mendukung pembelajaran Era Revolusi 4.0, demi adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia agar mampu bersaing di kancah global. Ketertinggalan peserta didik terhadap teknologi informasi akan mengakibatkan lulusannya kurang bermutu. Hal ini menjadi sorotan utama pemerintah untuk segera mengejar ketersediaan dan kelayakan fasilitas dan infrastruktur teknologi hingga ke pelosok Indonesia. Dengan fasilitas yang lengkap dan infrastuktur yang baik, penyelenggaraan pembelajaran akan dapat dilaksanakan sesuai dengan tuntutan zaman, serta menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas dan kompeten. Lulusan yang bermutu baik adalah generasi muda yang aktif, kreatif, inovatif dan peduli terhadap bangsa dan negaranya, yang pada akhirnya akan dapat berperan untuk mengubah keadaan Indonesia menjadi negara yang lebih baik, maju dan bermartabat, serta dapat bersaing dengan negara-negara maju. 

Revolusi Industri 4.0 yang berdampak langsung pada perkembangan pendidikan, termasuk pendidikan di Indonesia, menuntut perubahan yang kompleks, yang meliputi perubahan kurikulum, kompetensi guru, model atau metode pembelajaran, media dan bahan pembelajaran serta fasilitas pembelajaran. Perubahan-perubahan tersebut diarahkan untuk mengejar hasil lulusan yang siap memasuki Era Revolusi Industri 4.0, era yang dikenal dengan pola ekonomi digital, kecerdasan buatan, data besar, robot, dan sebagainya atau dikenal dengan fenomena inovasi disruptif. Pendidikan 4.0 adalah fenomena yang merespon kebutuhan Revolusi Industri Keempat, yang dalam hal ini manusia dan mesin diselaraskan guna mendapatkan solusi dan menemukan kemungkinan inovasi baru, termasuk inovasi atau perubahan dalam cara belajar, pola berpikir serta cara bertindak para peserta didik dalam mengembangkan inovasi kreatif berbagai bidang yang ditekuni. 


Adanya kesempatan untuk berkembang dan berprestasi

Ukuran keberhasilan siswa sesungguhnya tidak hanya dipandang dari angka yang diperoleh. Peringkat di kelas bukan satu-satunya standar yang menandakan prestasi dan kemampuan yang dimiliki para siswa. Ukuran keberhasilan sebenarnya terletak pada bagaimana siswa mampu mengolah dan memberdayakan kemampuan atau kecerdasan  dalam dirinya masing-masing hingga terbangun kualitas diri yang baik. Howard Garner (Tobeli, 2009) mengungkapkan ada sembilan kecerdasan majemuk, meliputi kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis, kecerdasan ruang, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis dan kecerdasan eksistensial. Guru bisa mengembangkan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa saat pembelajaran di kelas. Pemberian stimulus dan pengarahan guru sangat penting untuk merangsang kecerdasan siswa. Pada titik ini, siswa juga mendapat motivasi dan keyakinan untuk memanfaatkan dengan baik setiap kesempatan untuk berkembang dan berprestasi sesuai kecerdasan yang dimilikinya.


Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Pendidikan 

Karakter peserta didik harus dikembangkan sedini mungkin. Penanaman karakter tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kelanjutan dan revitalisasi dari pendidikan karakter dari tahun 2010. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dinilai penting dikembangkan di dalam dunia pendidikan, agar para siswa memiliki karakter yang mantap dan handal dalam menghadapi ancaman keutuhan dan masa depan bangsa, menghadapi tantangan global, serta bertujuan membentuk etika pada siswa (Kemendikbud, 2017). Kunci penerapan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) terletak pada pembiasaan (habit) di sekolah. Guru memiliki peranan besar dalam penanaman pendidikan karakter tersebut.


Melek Teknologi Era Revolusi Industri 4.0 

Teknologi memberikan banyak nilai dalam kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Pemanfaatan teknologi dengan tepat dalam pembelajaran memberikan tambahan pengetahuan yang baik kepada guru maupun siswa. Pertama, di pihak guru, teknologi dapat memfasilitasi pencarian bahan ajar yang lebih menarik, membantu menemukan model dan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, serta menawarkan media dan sarana yang mendukung pembelajaran agar siswa menjadi lebih tertarik dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Guru juga dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk mendukung pembelajaran dengan cara menjadi blogger. Hal ini akan membantu siswa dalam memahami pelajaran atau mengulang materi yang diberikan guru di mana saja siswa berada.  Reorientasi pembelajaran diperlukan, karena guru dituntut untuk beradaptasi dengan sistem kerja yang sesuai dengan kebutuhan zaman.  Pola-pola  lama yang tidak sesuai perlu ditinggalkan. Dibutuhkan pendekatan baru yang cukup cepat dalam menjawab standar baru yang muncul untuk mengatasi tantangan terkini, dan membekali para siswa untuk memiliki kesiapan mental dalam menghadapi problematika kehidupannya kelak.  

Kedua, di pihak siswa, teknologi sesungguhnya menjadi sumber belajar dan fasilitas yang berdaya guna untuk membantu perkembangan dan menunjang kemajuan dalam diri siswa sendiri. Untuk itu, siswa mesti membangun dalam dirinya motivasi dan juga tekad untuk memanfaatkan teknologi secara baik dan benar agar bisa memperoleh pengetahuan (knowledge), keahlian (skill) dan sikap (attitude) yang dibutuhkan untuk kebaikan masa depannya. 


Menjadi guru efektif dan Siswa Pembelajar 

Guru efektif adalah guru yang selalu berpikir bagaimana cara menjadi lebih baik (Henson & Eller dalam Fatimaningrum, 2011). Guru efektif bukan hanya mengetahui pelajaran, namun bagaimana guru mampu menyampaikan kepada siswa dengan baik. Dengan cara pikir guru mau menjadi lebih baik, guru akan mencari solusi apabila dalam pembelajaran, ilmu yang ditransfer ke siswa belum sepenuhnya dipahami. Adapun karakteristik guru efektif (Dzulkifli & Sari, 2015) yaitu (1) memiliki rasa simpati yang tinggi, melayani, dan menganggap bahwa siswa merupakan anak sendiri, (2) ikhlas dalam memberikan ilmu dan tidak meminta balasan dalam bentuk apapun, (3) memberikan tanggung jawab kepada siswa (tugas) berdasarkan porsi setiap siswa, (4) memberikan nasehat apabila siswa melakukan pelanggaran, (5) semua ilmu memiliki kedudukan yang sama, (6) tidak memaksakan siswa untuk mencapai target yang telah ditentukan, (7) pemberian bahan ajar yang lebih sederhana untuk anak yang belum bisa memahami pelajaran dengan baik.

Siswa pembelajar adalah siswa yang mau sungguh-sungguh belajar. Dalam hal ini, siswa sendiri harus menjadi subjek dari proses pembelajaran. Siswa pembelajar tidak sekedar  pasrah menerima beragam informasi yang dijejalkan begitu saja oleh guru, tetapi juga membangun pemahaman sendiri dan memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh. Adapun ciri-ciri siswa pembelajar sebagai berikut (Kusumawardani: 2022): memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mampu berpikir kritis, memiliki motivasi internal, kreatif (selalu berpikir dari sudut pandang yang berbeda), memiliki kemampuan analitis, memiliki presistensi (menemukan jawaban dan konsep yang baru) serta berani mengambil resiko. 

Era revolusi industri 4.0 telah membuka peluang bagi adanya kemajuan dalam pembelajaran. Guru diharapkan lebih efekif dan siswa memiliki kemauan dan kemampuan belajar sendiri dengan memanfaatkan teknologi yang tengah berkembang maju. Revolusi industri menghadirkan tantangan, tetapi sekaligus menawarkan begitu banyak peluang untuk bagaimana mengatasi tantangan tersebut demi terwujudnya karakter generasi baru yang handal dan siap untuk menjawabi tuntutan masa depan. 


PENUTUP

Kesimpulan

Era Revolusi Industri 4.0 ini dapat mengubah cara pandang tentang pendidikan. Para pendidik dalam hal ini guru harus mampu melakukan perubahan tidak hanya sekedar cara mengajar, namun perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri. Human digital yang selalu dikaitkan dengan internet dan media sosial. Salah satu media sosial di era 4.0 yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran ke -2 bagi guru dan siswa adalah Facebook. Facebook sebagai media yang akan digunakan menjadi sarana penunjang proses belajar mengajar, terlebih dahulu dibuat sebuah desain fungsi yang dapat diaplikasikan pada sistem pembelajaran online. Revolusi Industri 4.0 juga menuntut pendidik untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang ada sehingga dapat memfasilitasi peserta didik untuk memecahkan masalah dalam pelajaran dan meningkatkan kinerja peserta didik itu sendiri. 

Saran

Peningkatan kinerja yang harus paling tekankan adalah guru karena guru yang akan menghadapi peserta didik secara langsung. Guru juga harus mampu berkontribusi dalam teknologi pendidikan. Guru juga harus mampu berinovasi dalam meningkatkan kualitas belajar para peserta didik, menjadikan mereka siswa pembelajar yang tidak pernah berhenti untuk belajar dan memiliki kemampuan mengaplikasi ilmu yang telah mereka peroleh. 



DAFTAR PUSTAKA 

Daryanto, Karim. 2017. Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta: Gava Media. 

Abidin, Yunus. 2015. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Aditama Abidin, Yunus. 2015.

Pembelajaran Multiliterasi. Bandung: Aditama. Alifuddin, Moh. 2012. 

Reformasi Pendidikan: Strategi Inovatif Peningkatan Mutu Pendidikan. Jakarta: MAGNAScript Publishing. Arsyad, Azhar. 2006.

Kusumawardani, Dian, “Bagaimana Cara Menciptakan Siswa Pembelajar”, dalam blok.kejarita.id, 14 Agustus 2022, diakses pada  31 Agustus 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELIS DALAM BUDAYA LAMAHOLOT

PENDIDIKAN DALAM KELUARGA : LANDASAN PEMBENTUKAN KARAKTER

CURICULUM VITAE