MENGAIS KISAH, MENGENANG SEJARAH
(Permenungan di hari jadi yang ke-29)
Mengais sebuah kisah pada bongkahan
waktu, tentang sebuah sejarah yang terjadi kala itu. Dikala mentari memancarkan
sinarnya tuk menyinari bumi, di saat itu pula sebuah sejarah tercipta dalam
hidupku. Sejarah kecil akan tetapi penuh makna untuk dikenang. Mengapa? Karena
secuil sejarah itulah yang mengawali ziarah panjangku di dunia ini. Tanpa
sejarah itu, kisahku di dunia tak mungkin terukir. Tanpa sejarah itu pula,
jejakku di dunia ini tak mungkin aku mulai.
Sejarah itu dimulai 29 tahun silam.
Kalah itu, tepatnya tanggal 13 Mei 1987 aku memulai petualanganku di dunia ini.
Saat itu, aku mulai menghirup udara segar di dunia ini. Kisah haru penuh warna
kegembiraan mewarnai kehadiranku dikala itu. Aku hadir sebagai yang pertama
dalam lingkungan keluarga kecilku. Sejarahku di dunia pun mulai tertenun.
Waktu terus berlalu dan aku pun terus
bertumbuh dan berkembang. Dan sebagaimana lazimnya, setiap tahun aku selalu
mengenang kisah kehadiranku di dunia ini. Berbagai cara mengenang kisah ini pun
aku lakukan sebagai bentuk ucapan syukurku kepada Tuhan Sang pemberi napas
kehidupan dan juga kepada kedua orang tuaku. Memoria akan kisah ini pun terjadi
penuh warna dari tahun ke tahun. Sebelas tahun memoria akan kisah ini aku
rayakaan bersama keluargaku dalam suasana kebersamaan. Tujuh belas tahun
memoria akan kisah ini aku rayakan bersama teman dan rekan-rekanku karena
tuntutan cita-cita. Suasana batin penuh variasi ketika aku mengenang sejarah ini.
Terkadang aku merayakan memoria ini dalam sebuah kegembiraan. Tak jarang pula
akau merayakannya dalam suatu situasi yang mengharukan. Dan kadang pula dalam
situasi batin yang dilematis. Semua ini, aku pandang sebagai sebuah hal yang
biasa, karena inilah hidup. Semuanya adalah warna warni kehidupan yang tak bisa
aku pungkiri dan aku ingkari. Situasi-situasi inilah yang memperindah sejarahku
dan menciptakan aku saat ini. Tanpa bunga-bunga kehidupan itu, hidupku pasti
akan monoton dan tak seindah yang aku rasakan. Meskipun kisah hidupku penuh
duri dan aral, namun aku bersyukur karena semuanya itu bisa menghasilkan sebuah
kembang yang indah. Ibarat sekuntum mawar yang mekar berseri, dihasilkan dari
batang mawar yang berduri. Begitu pula sebuah hidup yang indah akan dihasilkan
dari kisah-kisah yang beronak dan berduri.
Semua kisah telah memberi warnanya
masing-masing dalam kanvas kehidupanku, ibarat seorang pelukis yang
menghasilkan sebuah gambar yang indah dipandang dengan meninggalkan berbagai
warna pada kanvas tempat pelukis tersebut melukis. Kisah-kisah itu, kemudia
kusulam menjadi sebuah sejarah. Sejarah yang patut dikenang, diingat, dihayati
dan direfleksikan.
Hidup yang tidak direfleksikan,
adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi. Bertolak dari pepata klasik ini,
maka aku berusaha unttuk selalu member sedikit waktu untuk berdiam diri,
berpikir, merenung, dan merefleksikan seluruh sejarah hidupku,dengan warnanya
masing-masing. Keberhasilan yang aku peroleh haruslah aku pertahankan dan
tingkatkan, dan setiap kegagalan yang aku dapati dijadikan sebagai motivasi
bagiku untuk berjuang di waktu berikutnya, agar tidak mengalami lagi situasi
keterpurukan tersebut. Bagiku, kegagalan yang aku alami bukanlah sebuah
kemunduran, melainkan sebuah kegagalan yang tertunda. Karena itu, untuk
mewujudkan kegagalan yang tertunda itu aku haru berusaha lebih sungguh.
Pengalaman kejatuhan bukanlah sebuah akhir dari perjuangan, melainkan
pengalaman keterjatuhan adalah awal untuk memulai sesuatu yang baru. Karena
dengan keterjatuhan setiap orang akan berusaha untuk bangun dan berusaha untuk
tidak jatuh lagi. Dengan keterjatuhan, orang akan memahami betapa bermaknanya
hidup. Tanpa pengalaman keterjatuhan, orang tak sanggup memahami betapa indahnya
hidup ini. Pengalaman keterjatuhan akan menciptakan pribadi yang kuat, tegar,
dan tabah dalam menghadapi tantangan serta pribadi yang bijak dalam berpikir
dan mengambil keputusan.
Diakhir permenungan dihari jadiku
yang ke-28 ini, kupanjatkan syukur berlimpah kepada sang pemberi hidup yang
masih tetap memberikan napas kehidupan kepadaku hingga detik ini. Tak lupa
pulah aku menyampaikan terima kasih berlimpah kepada kedua orang tuaku yang
telah memelihara dan membesarkanku sehingga aku menjadi aku saat ini, dan
anggota keluargaku yang tetap setia bersamaku dalam setiap detik kehidupanku.
Juga kepada sanak keluargaku, dan sahabat dan kenalanku yang turut memberi
warna tersendiri bagi sejarah hidupku. Kalian adalah mutiara terindah yang
menghiasi setiap tapak ziarah hidupku. Tanpa kalian semua aku tidak mungkin
menjadi aku saat ini. Terima kasih dan doaku untukmu semua.
Dalam sebuah permenungan di sudut rumahku,
Di saat-saat menjelang memoria kehadiranku ke tengah
dunia 29 tahun silam
*OcEpH_NaMaNg*
Komentar