MASIH ADAKAH CINTA KASIH DI TENGAH DUNIA?

MASIH ADAKAH CINTA KASIH DI TENGAH DUNIA?
(Sebuah Refleksi memaknai hari Kasih Sayang)
Oleh : Oceph Namang

*Penulis adalah Alumnus STFK Ledalero; Pengajar di SMA PGRI Lewoleba, tinggal di Kota Baru Barat, Lewoleba - Lembata


Cinta kasih merupakan dua kata yang tidak asing lagi bagi kita karena sering bahkan selalu didengar dalam kehidupan sehari-hari. Sadar atau tidak, kita juga sering mengamalkan kedua kata ini dalam keseharian hidup kita. Tetapi satu pertanyaan untuk kita, apakah kita sudah benar-benar mengerti dan mengetahui arti dan makna dari cinta dan kasih? Jawabannya, belum sepenuhnya dipahami arti dan makna sesungguhnya dari cinta dan kasih itu. Jika dicermati, dalam dunia perfilman, para sutradara lebih memperkenalkan arti cinta dengan titik berat pada romantisme sepasang kekasih, dan mengabaikan makna dan arti cinta lainnya.
Cinta memang sangat sulit untuk diartikan dan diungkapkan dengan kata-kata, karena cinta itu sendiri memiliki makna dan arti yang sangat luas. Saking luas dan sulitnya arti cinta membawa Kahlil Gibran, sang sastrawan romantic pada sebuah kesimpulan “ Cinta adalah Sebuah Misteri”. Meski sangat sulit untuk diartikan dan dipahami, akan tetapi setidaknya ada dua makna dasar yang bias dipetik dari kata “Cinta” yakni, Pertama, cinta adalah bahasa universal. Cinta dikatakan sebagai bahasa universal karena cinta itu sendiri dimiliki oleh semua orang tanpa terkecuali. Kedua, cinta adalah sebuah perasaan terdalam dalam diri manusia, karena itu tidak bias dipikirkan namun hanya bisa dirasakan.
Berbicara tentang cinta dan kasih tiada habisnya dan seakan tak pernah basi. Dari jaman Adam sampai jaman edan ini, topik cinta dan kasih tetap hangat jadi pembicaraan. Mengapa cinta dan kasih? Cinta tanpa kasih adalah kesuraman, sedangkan kasih adalah cinta yang menghangatkan dan membangkitkan gairah. Bila cinta dan kasih disatukan menjadi cinta kasih, itulah adalah kesejatian hati manusia. Cinta kadang membutakan hati, sedang kasih selalu menerangi dan memberikan harapan harapan. Cinta seringkali diiringi nafsu dan omong kosong, sedangkan kasih selalu menyejukkan hati dan menghadirkan inspirasi. Cinta itu tak jarang dimanipulasi, namun kasih pasti murni dari hati. Kasih itu sendiri bersumber dari nurani. Jangan bicara cinta bila hati tak memiliki kasih. Cinta bukan sekadar diungkapkan dalam kata-kata dan bukan hanya pemanis bibir semata. Tetapi kasih adalah wujud nyata dari cinta yang ada di kedalaman hati setiap insane manusia. Kasih adalah bahasa nurani yang berwujud perbuatan dan akan membawa perdamaian. Karena itu Tuhan mengajarkan tentang kasih dalam setiap agama.
Cinta kasih itu sendiri merupakan sebuah perasaan yang keluar dari lubuk hati terdalam setiap insane manusia. Karena itu, cinta kasih itu sendiri bersifat kekal dan tidak dapat berubah-ubah. Cinta kasih itu sendiri menjadi suatu hal yang fundamental bagi kehidupan manusia. Urgensitas cinta kasih dalam hidup mendorong beberapa filsuf untuk sampai pada sebuah kesimpulan bahwa cinta kasih merupakan hal yang sangat penting dalam menciptakan perdamaian dunia. Cinta kasih itu sendiri menjadi perintah terbesar dalam setiap agama. Dalam agama Katolik, Yesus mengajarkan bahwa cinta kasih merupakan perintah terbesar dalam ziarah hidup ini. Perintah “Kasihilah Musuhmu!” menampakkan kepada kita bahwa betapa luhurnya cinta kasih itu sampai tidak memilah-milah mana sahabat/kawan dan mana musuh. Selanjutnya menurut St. Paulus kasih itu sabar, kasih itu murah hati, dan kasih itu lemah lembut. Pada intinya, sebagai umat Allah, kita semua diajarkan untuk saling mengasihi satu dengan yang lainnya.
Namun kehidupan kekinian dan para seniman lebih banyak bicara tentang cinta dan mencintai daripada berbicara tentang kasih dan mengasihi. Cinta yang dibicarakan lebih kepada cinta antara dua anak manusia yang berlainan jenis saja ketimbang cinta dalam arti yang lebih luas. Seiap kita juga lebih banyak berbicara dan menemukan cinta diantara kita daripada kasih. Terlepas dari hanyalah permainan kata-kata belaka antara kata cinta dan kasih, tetapi Kitab Suci lebih menggunakan bahasa mengasihi daripada mencintai. Karena, ketika manusia lebih banyak berbicara tentang cinta dunia semakin kacau. Misalnya, cinta kepada seseorang bisa mendatangkan kekecewaan, cinta kepada uang bisa membuat manusia gelap mata, cinta kekuasaan membuat manusia rela melakukan apa saja, sehingga membutakan nurani. Demi uang, seseorang, dan kekuasaan manusia rela menenggelamkan kasihnya.
Realitas dunia menggambarkan secara jelas bahwa pemaknaan cinta kasih yang begitu luhur dan agung ini berbanding terbalik dengan kenyataan hidup saat ini. Mencermati situasi dunia saat ini dari berbagai media massa entah itu media massa cetak ataupun media massa elektronik membuat setiap orang beranya-tanya apakah masih ada kasih di tengah dunia ini? Mengapa demikian? Realitas dunia menunjukkan dengan jelas  bahwa kekerasan menjamur di seluruh pelosok dunia. Korban berjatuhan di mana-mana, entah itu korban materi ataupun korban manusia. Lantas di manakah cinta kasih itu? Cinta kasih seolah telah pergi jauh dan tidak lagii mau bersahabat dengan manusia. Kedamaian hidup menjadi sesuatu yang sangat mahal harganya karena kian menjamurnya kekerasan di berbagai pelosok dunia. Kekerasan selah telah menjadi hantu yang sangat menakutkan bagi setiap manusia, karena kekerasan menyerang semua manusia tanpa memandang bulu, mulai dari orang dewasa, lansia, hingga anak-anak yang tak berdosa. Ada beberapa bentuk kekerasan yang sering terjadi dalam masyarakat, misalnya ;
Pertama, Kekerasan Karena Perang  dan Terorisme. Dalam kehidupan bermasyarakat dan di tengah realitas dunia saat ini, tidak bisa kita pungkiri bahwa ada begitu banyak kelompok yang muncul dengan visi, misi, dan tujuan serta orientasinya masing-masing. Ada kelompok yang sejalan dengan visi, misi, tujuan dan orientasi Negara dan ada pula yang berseberangan. Sehinggah dalam usaha untuk mencapai tujuannya, tak jarang kelompok-kelompok tertentu menghalalkan berbagai cara  termasuk peperangan dan terror. Simak saja beberapa berita terakhir di Negara kita tentang begitu banyaknya korban yang berjatuhan akibat terorisme dan perang. Peprangan dan terror berdampak negative bagi banyak orang termasuk orang-orang yang tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa. Oleh karena itu, hingga kini, peperangan dan terror menjadi musuh dunia yang harus terus dilawan dan ditentang karena terkategori sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat.
Kedua, Kekerasan Dalam Dunia Politik. Kekerasan juga sering terjadi dalam dunia politik. Dalam usaha untuk mencapai tujuan politik tertentu, terkadang sesame dijadikan sebagai tumbal politik. Para lawan politik seringkali dipandang sebagai musuh yang harus dibasmi agar apa yang menjadi tujuan bisa tercapai. Selama para lawan politik masih ada, maka ancaman itu akan terus datang. Karena itu, demi keentraman dan kenyamanan dalam usaha mencapai tujuan, sesama yang menjadi lawan politik harus menjadi tumbal.
Ketiga, Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan potensi diri manusia sehingga menghasilkan kecerdasan, baik kecerdasan intelek maupun kecerdasan spiritual agama, keterampilan dan akhlak manusia. Karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suasana yang konduksif dan bebas kekerasan. Akan tetapi, pada kenyataannya saat ini banyak kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah, baik kekerasan antara murid dengan murid maupun antara guru dengan murid. Kekerasan yang terjadi tidak hanya meliputi kekerasan fisik etapi juga kekerasan psikis dan kekerasan seksual. Masih segar dalam ingatan kita kekerasan seksual pada anak di salah satu sekolah International di Jakarta. Atau juga kematiaan seorang siswa Sekolah Dasar karena dikeroyok kakak kelasnya akibat  menumpahkan  minuman es si pelaku. Atau juga kasus kekerasan fisik, psikis, dan seksual lainnya yang kita baca dan saksikan di media-media masa dan dalam keseharian hidup di tengah masyarakat. Dunia pendidikan yang seharusnya memberikan rasa aman dan nyaman justru berbalik menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi orang tua. Semuanya karena kesalahan pemaknaan terhadap cinta kasih.
Belajar dari realitas dunia saat ini, cinta dan kasih semestinya berjalan beriringan. Karena Cinta Kasih adalah pembawa damai bagi kehidupan. Manusia yang kehilangan cinta kasih dalam dirinya akan kasar, arogan, dan tidak peduli. Keluarga yang kehilangan cinta kasih tak akan menemukan keharmonisan. Masyarakat yang hidup tanpa cinta kasih akan saling berebut apa saja dan ribut. Negara di mana para pemimpinnya tidak mengutamakan cinta kasih, akan lebih mengutamakan kepentingan dan isi perutnya. Dunia ini akan aman dan harmonis, bila cinta kasih itu masih menghuni setiap penghuninya. Oleh karena itu, marilah kita memaknai hari kasih sayang ini dengan cara kita masing-masing. Biarkan cinta dan kasih itu tumbuh beriringan dalam diri dan kedalaman hati kita, agar dunia kita menjadi aman, damai, dan harmonis.

Tulisan ini dipublikasikan dalam kolom Opini Harian Flores Pos 16 Februari 2016

Rounded Rectangle: CP : 085-238-809-850
 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELIS DALAM BUDAYA LAMAHOLOT

PENDIDIKAN DALAM KELUARGA : LANDASAN PEMBENTUKAN KARAKTER

CURICULUM VITAE